Ayat – ayat Cinta   Leave a comment

Front of the Quran

Image via Wikipedia

surat al ma’idah ayat 54

فسوف ياتي اللهُ بقومٍ يحبّهم و يحبّونه

ِArtinya : “Allah akan mendatangkan suatu umat yang dicintainya dan yang mencintainya”

Surat Al ‘Imran ayat 30

قل ان كــــنتم تحبون اللهَ فاتبعوني يحببكمُ الله و يغفرلكم ذنوبكم

Artinya : “Jika kamu cinta kepada Allah, maka turutlah aku dan Allah akan mencintai kamu”

Sebuah hadis

ولايَزالُ عَبدَي يَتَقرَّبَ اِليّ بالنَّوافِلِ حتّي اُُحِبَّه ومَن أَحْببتُه كنتُ له سمعاً و بصرًا و يدًا.

“hambaku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan perbuatan-perbuatan hingga aku cinta padanya. Orang yang kucintai menjadi telinga, mata dan tanganku.”

Posted 10 November 2011 by mY HoME in SILK

LEGENDA KEONG EMAS   Leave a comment

Keong Emas adalah sebuah dongeng yang sangat terkenal di kalangan masyarakat Jawa Timur, Indonesia. Kata keong berasal dari bahasa Jawa yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia, berarti siput besar. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, Keong Emas adalah penjelmaan putri Raja Kertamarta yang bernama Candra Kirana, karena terkena sihir seorang nenek yang bernama Mbok Mian. Mengapa Mbok Mian menyihir Putri Candra Kirana menjadi keong emas? Mampukah Putri Candra Kirana bebas dari sihir Mbok Mian? Kisahnya dapat Anda ikuti dalam cerita Keong Emas berikut ini.

* * *

Alkisah, di daerah Jawa Timur, Indonesia, tersebutlah seorang raja bernama Kertamarta yang bertahta di Kerajaan Daha. Ia mempunyai dua orang putri yang cantik jelita. Yang sulung bernama Dewi Galuh, sedangkan yang bungsu bernama Candra Kirana. Berita tentang kecantikan kedua kakak-beradik tersebut tersebar hingga ke berbagai negeri. Suatu hari, datanglah seorang putra mahkota yang gagah dan tanpan bernama Raden Inu Kertapati dari Kerajaan Kahuripan untuk meminang salah seorang dari mereka. Kedatangan pangeran tampan itu disambut baik oleh Raja Kertamarta bermasa permaisuri dan kedua putrinya. Saat melihat ketampanan Raden Inu Kertapati, Putri Dewi Galuh langsung jatuh hati. Ia berharap lamaran putra mahkota Kerajaan Kahuripan itu ditujukan kepadanya. Namun, ternyata Raden Kertapati lebih memilih Putri Candra Kirana. Raja dan permaisuri pun menyetujuinya dan segera menunangkan mereka.

Sejak itu, Putri Dewi Galuh menaruh dendam dan iri hati kepada adiknya. Ia sakit hati, karena merasa dialah yang pantas bertunangan dengan Raden Inu Kertapati. Karena itu, ia berniat untuk mencelakai adiknya. Suatu hari, secara diam-diam ia pergi ke rumah seorang nenek sihir bernama Mbok Mian untuk meminta bantuan.

“Mbok Mian! Maukah kamu membantuku?” pinta Putri Galuh.

“Apa yang bisa Mbok bantu, Tuan Putri?” tanya Mbok Mian.

“Kamu sihir Putri Candra Kirana menjadi seekor keong! Setelah itu buanglah dia ke laut!” perintah Putri Galuh.

“Ampun, Tuan Putri! Ada apa gerangan dengan Tuan Putri Candra Kirana? Bukankah dia adik kandung Tuan Putri sendiri?” tanya Mbok Mian bingung.

“Dia itu adik yang tidak tahu diri. Ia telah merebut Raden Inu Kertapati dariku. Sudahlah Mbok, tidak usah banyak tanya! Laksanakan saja perintahku!” seru Putri Galuh.

“Tapi, bagaimana caranya, Tuan Putri? Bukankah Putri Candra Kirana jarang keluar istana? Jika aku menyihirnya di istana, pasti akan ketahuan Baginda Raja,” nenek sihir itu kembali bertanya.

“Benar juga katamu, Mbok! Ayahanda pasti curiga jika mengetahui hal ini,” jawab Putri Galuh sambil manggut-manggut.

Akhirnya, Putri Dewi Galuh pun memfitnah adiknya sehingga diusir dari istana. Ketika Putri Candra Kirana berjalan menyusuri pantai, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara tawa nenek-nenek yang sangat menyeramkan.

“Iiii…hi… hi… hi…!!!” demikian suara tawa itu.

Setelah Putri Candra Kirana menoleh ke sekelilingnya mencari sumber suara tawa itu, namun tak seorang pun yang dilihatnya.

“Aneh! Kenapa ada suara tawa, tapi tidak ada orangnya?” pikirnya dengan heran.

Ketika Putri Candra Kirana hendak meninggalkan tempat itu, tiba-tiba seorang nenek muncul dan berdiri di depannya. Ia tidak mengetahui jika nenek itu adalah Mbok Mian, suruhan kakaknya.

“Hai, Nek! Kamu siapa dan kenapa menghalangi jalanku?” tanya Putri Candra Kirana.

“Aku Mbok Mian si Nenek penyihir! Aku diperintahkan oleh Putri Galuh untuk menyihirmu menjadi keong emas, karena kamu telah menyakiti hatinya. Kamu telah merebut Raden Inu Kertapati darinya,” jelas Mbok Mian.

“Ampun, Nek! Jangan sihir aku!” iba Putri Candra Kirana.

Tanpa ampun lagi, Mbok Mian menyihir Putri Candra Kirana menjadi seekor keong emas. Sebelum membuangnya ke laut, nenek sihir itu berkata kepada Putri Candra Kirana, “Hai, Putri! Sihir itu akan hilang jika kamu bertemu dengan tunanganmu.”

Sejak itu, Putri Candra Kirana hidup di laut sebagai seekor keong bersama keong lainnya. Suatu hari, ketika sedang mencari makan di antara batu karang di tepi laut, ia tersangkut pada jaring seorang nenek bernama Mbok Rini yang sedang menjaring ikan.

“Waaah, indah sekali warna keong ini! Baru kali ini aku melihat keong berwarna kuning keemasan,” gumam Mbok Rini takjub.

Mbok Rini pun tertarik untuk memelihara keong emas itu. Ia membawanya pulang dan menyimpan di dalam tempayan. Keesokan harinya, Mbok Rini kembali ke laut mencari ikan. Hingga hari menjelang siang, ia belum juga mendapatkan seekor ikan pun. Akhirnya, ia memutuskan pulang ke pondoknya karena perutnya terasa sangat lapar. Betapa terkejutnya ia ketika tiba di pondoknya. Ia mendapati berbagai jenis makanan lezat lengkap dengan buah-buahannya telah tersedia di atas meja dapurnya.

“Hai, siapa yang menghindangkan makanan lezat ini?” gumam Mbok Rini heran.

Karena lapar sekali, Mbok Rini pun segera menyantapnya dengan lahap tanpa tersisa sedikit pun. Keesokan harinya, kejadian aneh itu terjadi lagi. Begitu pula pada hari-hari berikutnya, ia mengalami peristiwa yang sama. Kejadian aneh itu membuat Mbok Rini penasaran ingin mengetahui siapa pelakunya.

Suatu hari, Mbok Rini sengaja kembali dari laut lebih cepat dari pada biasanya. Dengan sangat hati-hati, ia mengintip ke dalam pondoknya melalui sebuah lubang kecil. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat kebulan asap keluar dari tempayannya. Dalam sekedip mata, tiba-tiba seorang putri yang cantik jelita keluar dari kebulan asap itu dan langsung memasak. Melihat peristiwa ajaib itu, Mbok Rini semakin penasaran. Ia segera masuk ke pondoknya dan menghampiri putri cantik itu.

“Hai, Putri Cantik! Siapa gerangan kamu dan dari mana asalmu?” tanya Mbok Rini penasaran.

“Maaf Nek, jika kehadiranku mengusik ketenangan Nenek! Namaku Putri Candra Kirana, putri dari Kerajaan Daha yang disihir menjadi keong emas oleh seorang nenek, suruhan saudaraku,” jawab Putri Candra Kirana.

“Ampun, Tuan Putri! Jika nenek boleh tahu, kenapa saudaramu menyuruh nenek itu menyihirmu?” tanya Mbok Rini ingin tahu.

Putri Candra Kirana pun menceritakan semua kejadian yang dialaminya hingga ia bisa berada di pondok Mbok Rini. Setelah itu, ia memberi tahu nenek itu bahwa sihir itu akan hilang jika ia bertemu dengan tunangannya. Untuk itu, ia meminta tolong kepada Mbok Rini agar mengantarnya pulang ke istana. Mbok Rini pun setuju.

Usai makan siang, Mbok Rini memasukkan Putri Candra Kirana yang telah berubah menjadi seekor keong emas ke dalam sebuah wadah kecil, lalu berangkatlah ia menuju ke istana. Setibanya di istana, Mbok Rini menyerahkan keong emas itu kepada Raja Kertamarta.

“Ampun beribu ampun, Baginda! Hamba datang kemari untuk mengantarkan keong emas ini,” kata Mbok Rini sambil memberi hormat.

“Untuk apa keong emas ini? Dari mana kamu mendapatkannya?” tanya Raja Kertamarta bingung.

“Ampun, Baginda! Keong emas ini adalah penjelmaan putri Baginda, Candra Kirana,” jawab Mbok Rini.

“Apa katamu, Nek? Keong emas ini putriku?” tanya sang Raja tersentak kaget seolah-olah tidak percaya.

Akhirnya, Raja Kertamarta pun mengerti setelah Mbok Rini menceritakan semua kejadian yang telah menimpa putrinya. Ia sangat menyesal, karena telah mengusir putri bungsunya yang tidak bersalah itu. Ia pun segera memerintahkan pengawalnya untuk memanggil Raden Inu Kertapati yang berada di Kerajaan Kahuripan.

Sementara itu, Putri Dewi Galuh yang mengetahui hal itu segera menemui nenek sihir, Mbok Mian, secara diam-diam.

“Hai, Mbok Mian! Sihirlah Inu Kertapati menjadi batu agar ia tidak bertemu dengan Putri Candra Kirana!” seru Putri Dewi Galuh.

Mendengar perintah itu, Mbok Mian segera mengubah wujudnya menjadi seekor burung gagak, lalu terbang menuju ke istana Kahuripan. Di tengah perjalanan, ia melihat Raden Inu Kertapati sedang berjalan menuju ke istana Daha untuk memenuhi panggilan Raja Kertamarta dan bertemu dengan tunangannya. Ketika ia hendak menyihir Raden Inu Kertapati menjadi batu, tanpa ia duga tiba-tiba seorang kakek memukul kepalanya dengan tongkat hingga berubah menjadi asap. Rupanya, kakek itu adalah orang sakti yang telah ditolong oleh Inu Kertapati di perjalanan saat sebelum bertemu dengan burung gagak itu. Raden Inu Kertapati mendapati kakek itu sedang kelaparan dan memberinya makan.

Raden Inu Kertapati pun melanjutkan perjalanannya. Setibanya di istana Daha, ia segera menemui tunangannya. Begitu mereka bertemu, sihir yang mengenai Putri Candra Kirana pun pun hilang dan kembali berwujud manusia. Seluruh keluarga istana Daha dan Raden Inu Kertapati tertegun menyaksikan peristiwa ajaib itu. Putri Candra Kirana pun menceritakan semua perbuatan Putri Dewi Galuh kepada ayahandanya. Raja Kertamarta dan seluruh keluarga istana meminta maaf kepada Putri Candra Kirana, kecuali Putri Dewi Galuh. Karena malu dan takut mendapat hukuman dari ayahandanya, ia melarikan diri ke hutan. Di tengah hutan, ia terperosok masuk ke dalam jurang dan tewas seketika.

Akhirnya, Candra Kirana dan Raden Inu Kertapati dinikahkan. Pesta pernikahan mereka dilangsungkan selama tujuh hari tujuh malam dan dimeriahkan oleh berbagai pertunjukan kesenian. Undangan yang hadir pun datang dari berbagai penjuru negeri. Mereka sangat gembira melihat kedua mempelai duduk bersanding di atas pelaminan. Putri Candra Kirana dan Raden Inu Kertapati hidup berbahagia. Kebahagiaan tersebut tidak membuat mereka lupa kepada orang-orang yang telah berjasa menolong mereka. Mereka pun memboyong Mbok Rini dan kakek sakti yang baik tersebut ke istana.

* * *

Demikian dongeng Keong Emas dari daerah Jawa Timur, Indonesia. Dongeng di atas memberi pelajaran kepada kita bahwa orang yang suka iri hati, mendengki, dan memfitnah orang lain, akan ditimpa malapateka. Sifat dengki dan iri hati ini dapat muncul ketika melihat orang lain memperoleh keberuntungan yang belum mampu ia miliki, sehingga menimbulkan rasa benci dan sakit hati. Orang yang sakit hati akan melakukan berbagai cara dan tipu muslihat untuk mencelekai orang lain. Bahkan terhadap saudara sendiri pun ia tega melakukannnya, sebagaimana yang tercermin pada perilaku Putri Dewi Galuh yang telah memfitnah adiknya. Akibatnya, ia terperosok masuk ke jurang hingga meninggal dunia. Oleh karena itu, sifat ini harus dijauhi untuk menghindari terjadinya hukum sebab dan akibat yang akan ditimbulkannya. Dikatakan dalam tunjuk ajar Melayu:

kalau suka dengki mendengki,

orang muak Tuhan pun benci

kalu suka memfitnah orang lain,

alamat hidup menjadi arang

Posted 9 November 2011 by mY HoME in MY CERPEN

Legenda Batu Keramat   Leave a comment

Batu Keramat terletak di atas Gunung Kamboi Rama, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua, Indonesia. Setiap setahun sekali, masyarakat setempat mengadakan upacara pemujaan terhadap batu keramat itu. Mengapa mereka mengeramatkan dan memuja batu itu? Siapakah yang pertama kali menemukannya? Kisahnya dapat Anda ikuti dalam cerita Legenda Batu Keramat berikut.

* * *

Alkisah, di daerah Yapen Timur, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua, Indonesia, terdapat sebuah gunung bernama Kamboi Rama. Di atas gunung itu terdapat dua dusun, yaitu Dusun Kamboi Rama yang dihuni oleh sekelompok manusia, dan Dusun Aroempi yang ditumbuhi tanaman sagu milik seorang raja tanah yang bergelar Dewa Iriwonawani. Dewa Iriwonawani juga memiliki sebuah tifah atau gendang gaib yang diberi nama sikerei atau soworoi. Jika gendang itu berbunyi, para penduduk Dusun Kamboi Rama berkumpul di Dusun Aroempi untuk menyaksikan gendang itu. Namun, tidak semua penduduk dapat melihat gendang gaib itu, kecuali orang-orang tua yang memiliki kekuatan gaib.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari penduduk Kamboi Rama, kaum perempuan mencari sagu di Dusun Aroempi milik Dewa Irowonawani, sedangkan kaum laki-laki mencari lauk sagu dengan cara menangkap hewan di hutan. Setiap hari, perempuan Kamboi Rama secara berombongan berangkat ke Dusun Aroempi untuk mencari sagu. Sebelum menebang pohon sagu, terlebih dahulu mereka mengadakan upacara penghormatan kepada Dewa Irowonawani agar mereka bisa memperoleh inti atau sari sagu yang bagus dan dapat menyehatkan tubuh.

Pohon sagu yang sudah ditebang mereka kuliti batangnya untuk mendapatkan sagu yang berada di dalamnya. Sagu tersebut mereka tumbuk dengan menggunakan pangkur[1]. Sesuai dengan nama alat yang digunakan, proses menumbuk sagu ini dikenal dengan istilah memangkur. Sagu yang telah ditumbuk menghasilkan ampas sagu, yaitu mirip dengan ampas kelapa. Kemudian, ampas sagu tersebut mereka beri air lalu memerasnya ke dalam wadah dari belahan bambu. Air perasan tersebut mereka biarkan beberapa saat agar inti sagu mengendap di dasar wadah. Setelah inti sagu mengendap, merekap pun membuang airnya. Kemudian, endapan inti sagu tersebut mereka bentuk seperti bola tenis atau memanjang seperti lontong, lalu menyimpannya ke dalam tumang, yaitu keranjang yang terbuat dari rotan. Setelah itu, mereka membawanya pulang dengan cara menggendongnya di punggung. Begitulah pekerjaan kaum perempuan penduduk Dusun Kamboi Rama setiap hari.

Lama-kelamaan pohon sagu di Dusun Kamboi Rama semakin berkurang. Melihat keadaan itu, Dewa Iriwonawani pun murka. Ia memindahkan tanaman sagunya ke daerah lain. Karena takut mendapat murka dari Dewa Iriwonawani, penduduk Dusun Kamboi Rama memutuskan pindah ke daerah pantai dan mendirikan tempat tinggal baru yang diberi nama Randuayaivi. Terkecuali sepasang suami-istri yang masih tetap tinggal di atas gunung tersebut bersama Dewa Iriwonawai. Sepasang suami-istri tersebut bernama Irimiami dan Isoray. Untuk bertahan hidup, mereka berburu rusa di hutan dan menanam umbi-umbian di ladang.

Pada suatu hari, sepulang dari ladang, Irimiami dan Isoray sedang beristirahat di bawah sebuah pohon yang rimbun. Irimiami duduk sambil menyandarkan tubuhnya pada batang pohon, sedangkan Isoray duduk di atas sebuah batu besar yang berada di bawah pohon itu. Di tengah asyik beristirahat, tiba-tiba Isoray berteriak memekik dan melompat dari batu itu.

“Aduh, Kakak..! Panas… panas… panas…!” pekik Isoray sambil mengusap-usap bokongnya.

“Apa yang terjadi denganmu, istriku?” tanya Irimiami.

“Entahlah, Kakak! Tiba-tiba batu itu menjadi panas,” jawab Isoray dalam keadaan panik.

Beberapa saat kemudian, batu itu tiba-tiba mengeluarkan kepulan asap. Karena penasaran, Irimiami pun mencoba duduk di atas batu. Begitu menduduki batu itu, ia pun berteriak memekik sama seperti istrinya. Ia semakin penasaran ingin mencoba tingkat kepanasan batu itu. Ia mengambil daging rusa hasil buruannya dan meletakkannya di atas batu itu. Tak berapa lama kemudian, terciumlah aroma daging rusa yang mengundang selera makan. Setelah matang, mereka pun segera mengangkat dan mencicipi daging rusa itu.

“Hmmmm… lezatnya daging rusa ini,” gumam Irimiami setelah mencicipi sepotong daging rusa itu.

“Istriku! Coba rasakan daging rusa ini!” seru Irimiami seraya memberi sepotong daging rusa kepada istrinya.

Setelah habis mencicipi sepotong daging rusa itu, Isoray pun ketagihan. Karena lapar setelah hampir seharian berburu, mereka pun menyantap daging rusa itu dengan lahapnya hingga habis. Sejak itu, mereka selalu memasak makanan dengan cara meletakkannya di atas batu itu. Semakin hari batu itu semakin banyak mengeluarkan asap panas. Oleh karena itu, Irimiami dan istrinya semakin penasaran ingin selalu mencoba tingkat kepanasan batu itu.

Irimiami dan istrinya mengambil sebatang bambu, lalu menggosokkannya pada batu itu. Dalam waktu singkat, bambu itu terputus dan gosokan pada bambu itu mengeluarkan percikan api. Setelah itu, mereka mengumpulkan rumput dan daun kering, lalu meletakkannya di atas batu itu. Tak berapa lama kemudian, rumput dan daun itu mengeluarkan gumpalan asap tebal dan panas.

Pada suatu siang yang sangat terik, Irimiami dan istrinya kembali mengumpulkan rumput dan daun kering yang lebih banyak lagi. Rumput dan daun kering tersebut mereka letakkan di atas batu itu. Tak berapa lama mereka menunggu, rumput dan daun kering tersebut terbakar hingga mengeluarkan api yang sangat panas. Melihat kejadian itu, mereka panik dan ketakutan, terutama Isoray.

“Kakak! Apa yang harus kita lakukan? Aku takut terjadi kebakaran di tempat ini,” kata Isoray dengan panik.

Irimiami dan istrinya berusaha untuk memadamkan api di atas batu itu, namun tidak berhasil. Akhirnya, mereka pun segera memohon bantuan kepada Dewa Iriwonawai. Dengan kesaktiannya, Dewa Iriwonawai berhasil memamdamkan api itu. Rupanya, kejadian tersebut tidak membuat Irimiami dan istrinya jera. Mereka terus melakukan percobaan terhadap batu itu. Mereka kembali meletakkan rumput, daun, dan kayu kering yang lebih banyak lagi di atas batu itu. Tak pelak lagi, asap tebal pun mengepul dan api menyala sangat besar dan panas di puncak Gunung Kamboi Rama selama tujuh hari tujuh malam. Mereka kembali panik dan ketakutan. Tak henti-hentinya mereka memohon kepada Dewa Iriwonawai agar memadamkan api tersebut.

Para penduduk Randuayaivi yang berada di pantai pun terkejut ketika menyaksikan kejadian itu. Mereka mengira terjadi kebakaran hutan di atas Gunung Kamboi Rama. Ketika mendengar gendang soworai berbunyi, mereka pun segera berlari menuju ke Gunung Kamboi Rama untuk menyaksikan peristiwa tersebut lebih dekat. Setibanya di atas gunung itu, mereka disambut oleh Irimiami dan Isoray. Irimiami pun menceritakan tentang keajaiban batu itu kepada mereka. Mulanya, para penduduk tidak percaya pada cerita itu. Namun setelah Irimiami dan istrinya menyuruh mereka mencicipi makanan yang telah dipanaskan di atas batu itu, barulah mereka percaya. Sejak itulah, Irimiami dan istrinya menamai batu itu Batu Keramat dan mengajak para penduduk untuk mengadakan pesta adat. Penduduk Randuayaivi pun setuju.

Keesokan harinya, penduduk Kampung Randuayaivi berkumpul di atas Gunung Kamboi Rama untuk mengadakan pesta. Mereka membawa perbekalan seperti keladi, ikan, dan makanan lainnya. Berbagai jenis makanan tersebut mereka letakkan di atas batu keramat. Pesta adat tersebut berlangsung selama tiga hari tiga malam. Irimiami bersama istri dan seluruh penduduk mengelilingi batu keramat itu sambil menari dan memujanya. Selama pesta berlangsung, Irimiami dan istrinya juga menceritakan berbagai peristiwa yang pernah mereka alami kepada seluruh penduduk Kampung Randuayaivi. Hingga saat ini, masyarakat Papua, khususnya yang berada di Kabupaten Kepulauan Yapen, mengeramatkan batu api itu. Mereka percaya bahwa Irimiami dan Isoray adalah orang pertama yang menemukannya. Setahun sekali, mereka mengadakan upacara pemujaan terhadap batu keramat itu.

* * *

Demikian cerita Legenda Batu Keramat yang mengisahkan tentang asal-mula pemujaan terhadap batu keramat yang dilakukan oleh masyarakat Papua di atas Gunung Kamboi Rama. Hingga saat ini, setiap setahun sekali mereka memuja batu keramat tersebut melalui sebuah pesta adat, yang kemudian menjadi ajang pertemuan untuk menjalin kebersamaan di antara mereka. Dalam kehidupan bermasyarakat orang Melayu, nilai kebersamaan ini menjadi sangat penting dan merupakan sifat yang diutamakan. Dikatakan dalam tunjuk ajar Melayu:

adat hidup bermasyarakat,
duduk berdiri dalam mufakat
yang jauh menjadi dekat
yang renggang menjadi rapat
yang lupa menjadi ingat
kasih bertambah sayang melekat
tolong menolong tiada bersukat
berbuat baik menjadi sifat

(Samsuni/sas/154/07-09)

Posted 9 November 2011 by mY HoME in MY CERPEN

Surat Cinta   Leave a comment

Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur yang gaib,
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah,
Wahai, dik Narti,
aku cinta kepadamu !

Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan dalam kolam
bagai dua anak nakal
jenaka dan manis
mengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya,
Wahai, dik Narti,
kupinang kau menjadi istriku !

Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuhkan ujungnya di bumi,
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menempuh ke muka
dan tak kan kunjung diundurkan

Selusin malaikat
telah turun
di kala hujan gerimis
Di muka kaca jendela
mereka berkaca dan mencuci rambutnya
untuk ke pesta
Wahai, dik Narti
dengan pakaian pengantin yang anggun
bunga-bunga serta keris keramat
aku ingin membimbingmu ke altar
untuk dikawinkan
Aku melamarmu,
Kau tahu dari dulu:
tiada lebih buruk
dan tiada lebih baik
dari yang lain…
penyair dari kehidupan sehari-hari,
orang yang bermula dari kata
kata yang bermula dari
kehidupan, pikir dan rasa

Semangat kehidupan yang kuat
bagai berjuta-juta jarum alit
menusuki kulit langit:
kantong rejeki dan restu wingit
Lalu tumpahlah gerimis
Angin dan cinta
mendesah dalam gerimis.
Semangat cintaku yang kuta
batgai seribu tangan gaib
menyebarkan seribu jaring
menyergap hatimu
yang selalu tersenyum padaku

Engkau adalah putri duyung
tawananku
Putri duyung dengan
suara merdu lembut
bagai angin laut,
mendesahlah bagiku !
Angin mendesah
selalu mendesah
dengan ratapnya yang merdu.
Engkau adalah putri duyung
tergolek lemas
mengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringku
Wahai, putri duyung,
aku menjaringmu
aku melamarmu

Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
kerna langit
gadis manja dan manis
menangis minta mainan.
Dua anak lelaki nakal
bersenda gurau dalam selokan
dan langit iri melihatnya
Wahai, Dik Narti
kuingin dikau
menjadi ibu anak-anakku !

Rumpun Alang-alang

Engkaulah perempuan terkasih, yang sejenak kulupakan, sayang
Kerna dalam sepi yang jahat tumbuh alang-alang di hatiku yang malang
Di hatiku alang-alang menancapkan akar-akarnya yang gatal
Serumpun alang-alang gelap, lembut dan nakal

Gelap dan bergoyang ia
dan ia pun berbunga dosa
Engkau tetap yang punya
tapi alang-alang tumbuh di dada

WS Rendra..

Posted 9 November 2011 by mY HoME in KESENIAN

Uga Wangsit Siliwangi   Leave a comment

pun, sapun kula jurungkeun

mukakeun turub mandepun

nyampeur nu dihandeuleumkeun

teundeun poho nu baréto

nu mangkuk di saung butut

ukireun dina lalangit

tataheun di jero igaSaur Prabu Siliwangi ka balad Pajajaran anu milu mundur dina sateuacana ngahiyang: “Lalakon urang ngan nepi ka poé ieu, geus tepi kana ugana, najan dia kabéhan ka ngaing pada satia. Tapi ngaing henteu meunang mawa dia pipilueun, ngilu hirup jadi balangsak, ngilu rudin bari lapar.Dia mudu marilih, pikeun hirup ka hareupna, supaya engké jagana, jembar senang sugih mukti, bisa ngadegkeun deui Pajajaran. Lain Pajajaran nu kiwari, tapi Pajajaran anu anyar, nu ngadegna digeuingkeun ku obah jaman. Pilih. ngaing moal ngahalang-halang. Sabab pikeun ngaing, hanteu pantes jadi Raja, mun somah sakabéhna, lapar baé jeung balangsak.Daréngékeun. Nu déuk tetep ngilu jeung ngaing, geura misah ka beulah kidul. Anu hayang balik deui ka dayeuh nu ditinggalkeun, geura misah ka beulah kalér. Anu déuk kumawula ka nu keur jaya, geura misah ka beulah wétan. Anu moal milu ka saha-saha, geura misah ka beulah kulon.Daréngékeun. Dia nu di beulah wétan, masing nyaraho: Kajayaan milu jeung dia. Nya turunan dia nu engkéna bakal maréntah ka dulur jeung ka batur. Tapi masing nyaraho, arinyana bakal kamalinaan. Engkéna bakal aya babalesna. Jig geura narindak. Dia nu di beulah kulon. Papay ku dia lacak ki santang. Sabab engkéna, turunan dia jadi ngageuingkeun ka dulur jeung ka batur. Ka batur urut salembur, ka dulur anu nyorang saayunan, ka sakabéh nu rancagé di haténa.Engké jaga, mun tengah peuting, ti gunung halimun kadéngé sora tutunggulan, tah éta tandana; saturunan dia disambat ku nu déuk kawin di lebak cawéné. Ulah sina talangké, sabab talaga bakal beulah. Jig geura narindak. Tapi ulah ngalieuk ka tukang.Dia nu misahkeun ka beulah kalér, daréngékeun. Dayeuh ku dia moal ka sampak. Nu ka sampak ngan ukur tegal baladaheun. Turunan dia, lolobana bakal jadi somah. Mun aya nu jadi pangkat, tapi moal boga kakawasaan. Arinyana engké jaga, bakal ka seundeuhan batur. Loba batur ti nu anggang, tapi batur anu nyusahkeun. Sing waspada.Sakabéh turunan dia ku ngaing bakal dilanglang. Tapi, ngan di waktu anu perelu. Ngaing bakal datang deui, nulungan anu barutuh, mantuan anu sarusah, tapi ngan nu hadé laku-lampahna. Mun ngaing datang moal kadeuleu; mun ngaing nyarita moal kadéngé.Mémang ngaing bakal datang. Tapi ngan ka nu rancagé haténa, ka nu wawuh disemua dina semu, anu ngarti kana wangi anu sajati jeung nu surti lantip pikirna, nu hadé laku lampahna. Mun ngaing datang; teu ngarupa teu nyawara, tapi méré céré ku wawangi.Ti mimiti poé ieu, Pajajaran leungit ti alam hirup. Leungit dayeuhna, leungit nagarana. Pajajaran moal ninggalkeun tapak, jaba ti ngaran pikeun nu mapay. Sabab bukti anu kari, bakal réa nu malungkir.Tapi engké jaga bakal aya nu nyoba-nyoba, supaya anu laleungit kapanggih deui. Nya bisa, ngan mapayna kudu maké amparan. Tapi anu marapayna loba nu arieu-aing pang pinterna. Mudu arédan heula.Engké bakal réa nu kapanggih, sabagian-sabagian. Sabab kaburu dilarang ku nu disebut raja panyelang. Aya nu wani ngoréhan terus-terus, teu ngahiding ka panglarang; ngoréhan bari ngalawan, ngalawan bari seuri. Nyaéta budak angon; imahna di birit leuwi, pantona batu satangtungeun, kahieuman ku handeuleum, karimbunan ku hanjuang. Ari ngangonna? Lain kebo lain embé, lain méong lain banténg, tapi kalakay jeung tutunggul. Inyana jongjon ngorehan, ngumpulkeun anu kapanggih. Sabagian disumputkeun, sabab acan wayah ngalalakonkeun. Engke mun geus wayah jeung mangsana, baris loba nu kabuka jeung raréang ménta dilalakonkeun. Tapi, mudu ngalaman loba lalakon, anggeus nyorang: undur jaman datang jaman, saban jaman mawa lalakon. Lilana saban jaman, sarua jeung waktuna nyukma, ngusumah jeung nitis, laju nitis dipinda sukma.Daréngékeun. Nu kiwari ngamusuhan urang, jaradi rajana ngan bakal nepi ka mangsa: tanah bugel sisi cibuntaeun dijieun kandang munding dongkol. Tah di dinya, sanagara bakal jadi sampalan, sampalan kebo barulé, nu diangon ku jalma jangkung nu tutunjuk di alun-alun. Ti harita, raja-raja dibelenggu. Kebo bulé nyekel bubuntut, turunan urang narik waluku, ngan narikna henteu karasa, sabab murah jaman seubeuh hakan.Ti dinya, waluku ditumpakan kunyuk; laju turunan urang aya nu lilir, tapi lilirna cara nu kara hudang tina ngimpi.Ti nu laleungit, tambah loba nu manggihna. Tapi loba nu pahili, aya kabawa nu lain mudu diala. Turunan urang loba nu hanteu engeuh, yén jaman ganti lalakon.Ti dinya gehger sanagara. Panto nutup di buburak ku nu ngaranteur pamuka jalan; tapi jalan nu pasingsal.Nu tutunjuk nyumput jauh; alun-alun jadi suwung, kebo bulé kalalabur; laju sampalan nu diranjah monyét. Turunan urang ngareunah seuri, tapi seuri teu anggeus, sabab kaburu: warung béak ku monyét, sawah béak ku monyét, leuit béak ku monyét, kebon béak ku monyét, sawah béak ku monyét, cawéné rareuneuh ku monyét.Sagala-gala diranjah ku monyét. Turunan urang sieun ku nu niru-niru monyét. Panarat dicekel ku monyet bari diuk dina bubuntut. Walukuna ditarik ku turunan urang keneh. Loba nu paraeh kalaparan.Ti dinya, turunan urang ngarep-ngarep pelak jagong, sabari nyanyahoanan maresék caturangga. Hanteu arengeuh, yén jaman geus ganti deui lalakon.Laju hawar-hawar, ti tungtung sagara kalér ngaguruh ngagulugur, galudra megarkeun endog. Génjlong saamparan jagat. Ari di urang ? Ramé ku nu mangpring. Pangpring sabuluh-buluh gading.Monyét ngumpul ting rumpuyuk. Laju ngamuk turunan urang; ngamukna teu jeung aturan. loba nu paraéh teu boga dosa. Puguh musuh, dijieun batur; puguh batur disebut musuh.Ngadak-ngadak loba nu pangkat nu maréntah cara nu édan, nu bingung tambah baringung; barudak satepak jaradi bapa. nu ngaramuk tambah rosa; ngamukna teu ngilik bulu.Nu barodas dibuburak, nu harideung disieuh-sieuh. Mani sahéng buana urang, sabab nu ngaramuk, henteu beda tina tawon, dipaléngpéng keuna sayangna. Sanusa dijieun jagal. Tapi, kaburu aya nu nyapih; nu nyapihna urang sabrang. Laju ngadeg deui raja, asalna jalma biasa. Tapi mémang titisan raja. Titisan raja baheula jeung biangna hiji putri pulo Dewata. da puguh titisan raja; raja anyar hésé apes ku rogahala.

Posted 9 November 2011 by mY HoME in KEBUDAYAAN

Sejarah Kain Tradisional Indonesia   Leave a comment

Ikat weaving from the Island of Sumba, Indonesia

Image via Wikipedia

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari kurang lebih 17.000 pulau dan terbagi menjadi beberapa provinsi, hal ini pula yang menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman budaya. Salah satu warisan budaya yang sangat penting yaitu adanya kain tenun tradisional.

Seperti diketahui pertenunan (pakaian) tradisional diperkirakan telah dimulai sejak masa Neolitikum (Prasejarah), dimana ditemukan bukti-bukti adanya temuan dari benda-benda prasejarah prehistoris yang umurnya lebih dari 3.000 tahun yang lalu. Bekas-bekas peninggalan pembuatan pakaian ini ditemukan pada situs Gilimanuk, Melolo, Sumba Timur, Gunung Wingko, Yogyakarta, dan lain-lain. Di daerah ini ditemukan teraan (cap) tenunan, alat untuk memintal, kereweng-kereweng bercap kain tenun dan bahan yang terlihat jelas adanya tenunan kain terbuat dari kapas.

Pada zaman prasejarah pakaian berfungsi sebagai pelindung badan dari panas dan dingin, serta gangguan serangga dan benda-benda tajam. Bahan yang digunakan masih sangat sederhana, seperti kulit kayu, kulit binatang, serat, daun-daunan, serta akar tumbuh-tumbuhan. Alat yang digunakan untuk membuat pakaian berupa alat pemukul dari bahan kayu atau batu, bentuknya persegi panjang dan terdapat beberapa garis di tengahnya.

Pembuatan pakaian dari kulit kayu memerlukan pengalaman dan pengetahuan, setelah dipilih jenis pohon keras dan mempunyai serat kayu yang panjang, selanjutnya pohon (kayu) dikuliti, kemudian serat kayu direndam air agar lunak. Dengan pemukul batu maka kulit kayu dibentuk menjadi kain. Sisa tradisi pembuatan kain semacam ini masih ditemukan di daerah Sulawesi Tengah yang disebut “Fuya” dan di Irian disebut “Capo”.

Pada masa klasik, India, Persia, Cina, Eropa adalah negara yang banyak memengaruhi kain tenun tradisional Indonesia. Namun tidak menutup kemungkinan negara-negara lain seperti Vietnam, Myanmar, Thailand, Cambodia, dab lain-lain juga ikut mempengaruhinya. Pengaruh-pengaruh tersebut selain tampak pada ornamen atau ukiran bangunan, candi, lukisan-lukisan kaca, nyanyian-nyanyian, dan sebagainya. Pengaruh Cina yang masih nampak jelas sampai saat ini adalah bentuk arsitektur Masjid Agung Banten, rancangan bangunan utama masjid yang beratap tumpuk lima dipercayakan kepada arsitek Cina bernama Cek Ban Cut, sehingga bangunan tersebut memperlihatkan idiom pagoda Cina, baik dari bentuk, ekspresi hingga ukirannya. Pengaruh lain nampak juga pada kain seperti kain bermotif burung poenix. Penggambaran manusia bahkan binatang kera pada relief di candi-candi seperti Borobudur dan Prambanan (adegan Sugriwa-Subali) abad 8-9 digambarkan memakai pakaian.

Dalam prasasti Jawa Kuno dapat ditemukan istilah-istilah yang memberikan gambaran tentang adanya pertenunan di masa lalu. Pada prasasti Karang Tengah berangka tahun 847 (kol. Mus Nas No D 27) terdapat tulisan “putih hlai 1 (satu) kalambi” artinya kain putih satu helai dan baju. Pada prasasti “Baru” tahun 1034 M disebut kata Pawdikan artinya pembatik atau penenun. Pada prasasti “Cane” tahun 1021 M dan prasasti dari Singosari tahun 929 M (kol. Mus Nas No 88) terdapat istilah “makapas” atau madagang kapas. Dalam cerita rakyat yang ada hubungannya dengan pertenunan adalah cerita Sang Kuriang, seorang tokoh penting dalam cerita itu yaitu Dayang Sumbi yang pekerjaannya sehari-hari adalah menenun. Pembuatan pakaian pada masa lalu dapat petunjuk pada relief “wanita sedang menenun” yang dipahatkan pada umpak batu abad 14 dari daerah Trowulan, sekarang tersimpan di Museum Trowulan, Jatim.

Teknik pembuatan tenun dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu teknik dalam membuat kain (alat tenunnya) dan teknik membuat hiasan. Ada dua hal lagi yang sangat penting yaitu mempersiapkan pembuatan benang dan pembuatan zat warna.

Pembuatan benang secara tradisional dengan menggunakan pemberat yang diputar dengan jari tangan (Jawa: diplintir), pemberat tersebut berbentuk seperti gasing terbuat dari kayu atau terakota. Di Indonesia bagian barat (Sumatera, Jawa, Bali, Lombok) ada cara lain membuat benang dengan menggunakan “Antih,” alat ini terdiri dari sebuah roda lebar yang bisa diputar berikut pengaitnya (Jawa: ontel) untuk memutar roda tersebut. Bahan membuat benang selain kapas, kulit kayu, serat pisang, serat nanas, daun palem, dsb.

Pembuatan zat warna pada masa lalu terdiri dari dua warna biru dan merah. Warna biru didapatkan dari indigo atau Mirinda Citrifonela atau mengkudu. Selain itu ada pewarna dari tumbuhan lain seperti kesumba (sono keling).

Ada dua wilayah pembagian alat tenun, pertama alat tenun Indonesia bagian timur, pada umumnya penenun duduk di atas tanah di luar rumah, di tempat teduh atau di lantai rumah, dengan mengaitkan salah satu alat tersebut pada tiang. Kedua alat tenun Indonesia bagian barat (Jawa-Bali), di daerah ini terdapat alat tenun disebut “Cacak” yaitu dua buah tiang pendek yang diberi belahan untuk menempatkan papan guna menggulung benang yang akan ditenun, alat ini biasanya ditempatkan pada sebuah “amben” yaitu balai-balai terbuat dari bambu.

Tenun Ikat & Kain Songket

Kain Lurik & Kain Batik

Tenun ikat adalah kain tenun yang dibuat dengan teknik tenun di mana benang pakan, lungsi atau dua-duanya dicelup sebelum ditenun, benang-benang yang diikat tidak kena warna, sehingga setelah dilepas pengikatnya akan timbul pola-pola yang diinginkan. Kain ikat lungsi juga ada yang dikombinasikan dengan hiasan manik-manik.

Kain songket adalah kain tenun yang dibuat dengan teknik menambah benang pakan, hiasan dibuat dengan menyisipkan benang perak, emas atau benang warna di atas benang lungsi, kadang-kadang dihiasi dengan manik-manik, kerang atau uang logam. Di Palembang kain songket ditenun dengan benang emas atau perak yang dikenal dengan nama Tenun Songket Palembang, kerajinan ini dimulai sejak zaman Sriwijaya. Beberapa abad yang lalu kerajinan ini merupakan kewajiban bagi para remaja menjelang mereka mulai berumah tangga. Kain ini dipakai untuk upacara adat, umumnya dipakai oleh kaum wanita dalam upacara perkawinan dan oleh para penari. Pada masa yang lalu sarung songket “Lepus” terbuat dari sutera dihiasi dengan benang emas, hanya dipakai oleh putri-putri raja dalam upacara kebesaran.

Kain lurik adalah cara membuat kain tenun dengan hiasan atau lajur garis membujur. Pada masyarakat Jawa terutama di daerah Probolinggo selendang lurik “Tulak watu” dipergunakan untuk upacara tujuh bulanan (Jawa: tingkeban/mitoni) serta untuk meruwat (ngruwat). Upacara tingkeban merupakan selamatan dilakukan oleh seorang wanita yang pertama kali hamil tujuh bulan, dengan dimandikan oleh seorang dukun. Dalam upacara wanita hamil tersebut sambil mengatakan: “Kalau laki-laki mudah-mudahan seperti Kumajaya dan kalau wanita hendaknya seperti Dewi Ratih.” Kain lurik bermotif tertentu mempunyai kekuatan magis yang dapat menghilangkan roh jahat, menyembuhkan penyakit, menghindarkan seseorang dari nasib jelek dan sebagainya.

Kain batik merupakan kain yang dibuat dengan teknik hias pada kain putih dengan memakai malam atau lilin. Teknik hias pada kain putih yang dilukis dengan canting atau cap kemudian direndam dalam bahan celupan warna. Teknik pembuatan batik pada mulanya menggunakan bahan ketan sebagai reist-dyed (malam) dalam proses pembatikan dan alat semacam pena sebagai cantingnya, batik ini disebut dengan batik “Simbul.” Perkembangan selanjutnya ditemukan malam lebab, lanceng sebagai pengganti bubur ketan, kemudian dikembangkan menjadi lilin batik dan alat canting tulis.

Seni batik diperkirakan telah ada di Indonesia sejak abad 12 M, pada masa itu orang telah menemukan bahan asli perwarna kain yaitu kulit mengkudu, kulit pohon tarum, kulit kayu dan sebagainya. Pada tahun 1815 ditemukan alat stempel berukiran pola-pola batik terbuat dari tembaga sebagai alat batik cap.

Hiasan pada kain adat mencerminkan unsur-unsur yang sangat erat hubungannya dengan kepercayaan, pemujaan kepada leluhur, pemujaan terhadap keagungan alam, serta dapat menunjukkan status sosial bagi pemakaiannya. Batik dengan hiasan sido mukti artinya semoga megah digunakan oleh pasangan temanten (pengantin), batik corak truntum dipakai oleh pasangan orang tuanya.

Setelah masuknya pengaruh dari negara-negara lain seperti India, Arab, Cina, Eropa tiap-tiap daerah mempunyai karakteristik tersendiri. Beberapa pusat batik di Jawa masing-masing mempunyai ciri khas, batik Pekalongan mempunyai warna cemerlang dengan motif dipengaruhi kebudayaan Cina dan Eropa. Batik Jogja dan Solo kebanyakan berwarna sogan coklat.

Kain jumputan atau kain pelangi merupakan kain dengan teknik hias dengan cara mengikat kain pada waktu akan dicelup ke dalam celupan warna, kemudian setelah selesai dibuka pada bagian-bagian yang diikat membentuk lingkaran-lingkaran atau bunga-bunga. Di daerah Solo dan Jogja kain jumputan dipakai untuk selendang, kemben, ikat kepala dan ikat pinggang.

Kain ikat ganda disebut juga kain Gringgsing di Bali selain dianggap mempunyai kekuatan untuk dapat menyembuhkan penyakit, juga dipakai untuk upacara potong gigi seorang gadis. Kain rongkong di Toraja dan kain hinggi di Sumba digunakan untuk upacara kematian. Ragam hias tenun di daerah Pandai Sikek bersumber dari alam lingkungan sesuai dengan ungkapan “alam terkambang jadikan guru,” misalnya bentuk tumpal disebut pucuak rabuang, bentuk pilin ganda disebut itik pulang patang. Di daerah Batak seorang yang hamil menerima ulos ni Tondi dari orangtuanya untuk diselendangkan di bahunya, melambangkan pemindahan kekuatan dari orang tuanya kepada anaknya. Di Kalimantan kain adat bermotif naga, burung atau abstraksi dipakai dalam upacara menanam tanaman agar hasilnya berlimpah ruah. Di Lampung pada upacara pengangkatan kepala adat dan upacara daur hidup digantungkan kain kapal, sebagai lambang perjalanan hidup manusia dari lahir sampai meninggal, seperti kapal yang bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Kain tradisional juga digunakan sebagai perlengkapan perkawinan atau “antaran” dari rumah laki-laki ke rumah wanita. Di daerah Bali kain songket lamak digantungkan di pura dan dipakai untuk upacara Galungan.

Goncangan di bidang produksi kain tradisional terjadi pada waktu adanya revolusi pembuatan kain tradisional pada sekitar tahun 1911, ketika pemerintah Hindia Belanda mengintrodusir Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Alat ini terbuat dari kayu, dimana digunakan torak-torak yang dihubungkan dengan tali, sehingga apabila salah satu alat tenun digerakkan, maka secara otomatis alat lainnya akan bergerak. Alat ini hanya dapat untuk membuat kain sederhana, seperti kain polos, lurik, ikat, dan sebagainya.

Pakaian selain sebagai pelindung tubuh, juga berfungsi sebagai keindahan atau estetika dengan melindungi bagian-bagian tertentu. Pakaian secara luas mempunyai arti dalam segi sosial dan ekonomi, sebagai benda yang dapat diperjualbelikan. Pakaian dipertukarkan untuk memperluas hubungan antar tempat, daerah maupun negara, memperluas hubungan perdagangan, mendatangkan keuntungan bagi seseorang atau kelompok, negara dan bangsa. Pakaian dapat menunjukkan atau melambangkan status atau kedudukan seseorang.

Melalui kain tradisional kita dapat melihat kekayaan warisan budaya, tidak saja dilihat dari segi teknik dan aneka corak serta jenis kain yang dibuat, tetapi secara mendalam dapat tersurat dan tersirat berbagai macam fungsi dan arti kain dalam kehidupan masyarakat, yang mencerminkan tentang kepercayaan, adat istiadat, cara berfikir, identitas dan jati diri suatu bangsa yang berbudaya.

Sampai saat ini kain tradisional terus digali dan dikembangkan, misalnya dengan cara membuat tenun adat untuk keperluan upacara adat atau upacara resmi. Lebih membahagiakan lagi bahwa perancang mode saat ini banyak menggunakan kain-kain tradisional untuk peragaan busana mereka, baik di dalam maupun di luar negeri. Hal ini terbukti seperti yang diucapkan oleh seorang perancang busana kita Carmanita, bahwa; “Batik antik atawa klasik selaloe mendjadi ketjintaan saja. Ragam hijasnja sangat kaja dan penuh simbol jang memiliki arti filosofis, meroepakan soember inspiratie tanpa batas.”

Posted 9 November 2011 by mY HoME in DUNIA TEKSTIL TRADISIONAL

Belajar Industri Tekstil Indonesia dan Pendukungnya   Leave a comment

IndustriIndonesiatidak bisa dilepaskan dengan Industri Tekstil. Dengan jumlah penduduk yang besar, penyerapan tenaga kerja serta devisa dari export yang besar, Industri Tekstil wajib dijaga dan dipantau terus oleh pemerintah agar tetap eksis.

Senin, 28 Februari 2011

PRAKTEK TEKNOLOGI PERTENUNAN MODERN

Tinjauan Umum Mesin Tenun
Teknologi pertenunan mengalami perkembangan yang sangat cepat dewasa ini. Industri pembuat mesin tenun terus berlomba untuk menemukan suatu mesin tenun yang efisien dan mempunyai produktivitas tinggi. Sistem peluncuran pakan dengan teropong yang selama ini dipakai mempunyai banyak kelemahan. Kelemahan sistem teropong antara lain adalah kecepatan yang rendah, membutuhkan tenaga kerja banyak dan teropong rentan rusak.
Sistem peluncuran pakan tanpa teropong (shutleless loom) terus dikembangkan dan yang banyak dipakai adalah air jet, water jet, projectile, dan rapier. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, tergantung bahan baku yang diproses dan hasil tenunan yang diinginkan. Masing-masing produsen mesin tenun terus berkompetisi untuk mengurangi kekurangan yang ada, agar dapat menaikan penjualan mesin tenunnya.
Semua mesin tenun dewasa ini mempunyai teknologi pengontrolan dengan komputer dan mempunyai produktivitas tinggi, sehingga memerlukan tenaga kerja yang sedikit. Variasi hasil tenunan juga terus dikembangkan agar produsen kain mampu menjual berbagai produk dengan mesin tenun yang sama tersebut. Mudah dalam pengoperasian, pemantauan produksi, penanganan kualitas kain dan perawatan mesin.

Definisi Pertenunan
1. Harus ada benang lusi dan benang pakan
2. Ada silangan dari benang lusi dan pakan yang berarti ada terjadi anyaman
3. Lusi tegak lurus dengan benang pakan di peralatan mesin tenun
4. Membentuk anyaman tertentu

Klasifikasi Mesin Tenun
Klasifikasi berdasarkan cara pelemparan atau penyisikan benang pakan ke dalam mulut lusi mesin tenun :
1. Mesin Tenun Teropong (Shuttle Loom)
A. Mesin Tenun Teropong Dengan Mesin Motor
B. Mesin Tenun Teropong Tanpa Mesin ( ATBM )
2. Mesin Tenun Tanpa Teropong ( Shuttleless Loom)
A. Projectile Loom (Peluru)
B. Air Jet Loom
C. Water Jet Loom
D. Rapier Loom :

  • Sistem tongkat
  • Sistem sabuk
  • Sistem rantai

Nama mesin tenun berdasarkan cara pembentukan pembukaan mulut lusi mesin tenun / Alat Pembentuk Mulut Lusi (APML) :
1. Mesin Tenun Dobby
2. Mesin Tenun Jacquard
3. Mesin Tenun Tappet
4. Mesin Tenun Crank, dan lain-lain

ATBM Shuttle Loom

TSUDAKOMA Air Jet Loom

NISSAN Water Jet Loom

DORNIER Rapier Loom

SULZER RUTI Projectile Loom
Shuttle Loom saat ini sudah semakin banyak ditinggalkan, meskipun masih ada yang memakainya dengan berbagai alasan seperti mahalnya mesin shuttleless loom dan corak kain yang dibuat masih cocok memakai sistem shuttle. Mesin ini biasanya masih jalan untuk industri tekstil skala kecil.
Sebelum suatu perusahaan merencanakan membeli beberapa mesin tenun, pasti harus memperhatikan apakah sesuai dengan produk kain yang akan dihasilkan, variasi produksi dari mesin yang bersangkutan, harga mesin tenun, kualitas mesin tenun, ketersediaan spare part dan lain-lain

Kelebihan dan Kekurangan Shutleless Loom
Air jet Angin: Kecepatan tinggi, gampang, lebih variatif untuk benang yang dibawa. Membutuhkan kompresor, kurang stabil untuk high twist dan benang besar
Water Jet Air: Kecepatan tinggi, sederhana, mudah pengoperasiannya Hanya cocok untuk benang filamen, membutuhan sumber air besar
Projectile Peluru:Biasanya double beam, kuat untuk membawa benang besar, tidak butuh alat tambahan Kecepatan rendah, tidak cocok untuk benang-benang kecil, harga mesin mahal
Rapier tongkat:kuat untuk membawa benang besar, tidak butuh alat tambahan Kecepatan rendah, dan susah pengoperasiannya

PRINSIP KERJA MESIN TENUN
I. Gerakan Pokok Mesin Tenun
Gerakan pokok semua mesin tenun adalah sama yaitu gerakan proses penganyaman benang pakan (weft) dengan benang lusi (warp) secara tegak lurus. Gerakan pokok tersebut adalah :

A. Gerakan pembukaan mulut lusi (shedding motion)
Gerakan membagi benang benang lusi ditarik sebagian keatas dan sebagian kebawah oleh gerakan kamran naik turun, sehingga terjadi pembukaan mulut lusi untuk memberi ruang ketika terjadi peluncuran benang pakan.
Mulut Lusi : adalah ruangan yang terbentuk karena adanya benang lusi naik/turun/diam pada tempatnya terhadap ujung kain.

Jenis-jenis mulut lusi : Kamran/heald frame
a. Mulut lusi naik-turun

b. Mulut lusi naik lusi

c. Mulut lusi turun lusi

Alat Pembentuk Mulut Lusi ( APML ) :
a. Cam, engkol, Crank : posisi mulut lusi naik-turun
b. Dobby : posisi mulut lusi naik
c. Jacquard : posisi mulut lusi naik / mulut lusi naik-turun
d. Rol kerek dengan essentric: posisi mulut lusi naik / posisi mulut lusi turun

Syarat mulut lusi yang baik :
a. Mudah dilalui oleh media peluncur pakan
b. Tidak menimbulkan putus benang lusi
c. Tegangan benang lusi sama atau hak mulut lusi harus bersih (sudut mulut lusi adalah tetap )

Gambar Gerakan Buka Mulut Lusi
Alat pembuat Mulut Lusi sistem cam, heald frame naik-turun berdasarkan bentuk dari cam yang dihungkan dalam setiap heald frame. Bentuk cam dapat mengakibatkan berapa lama heald frame di posisi atas atau bawah. Sehingga akan dapat mengatur jenis anyaman yang akan kita buat.

Sistem cam terdapat 2 jenis sistem, yaitu :
a. Positif cam : Heald frame secara langsung bergerak berdasarkan tekanan dari cam, sistem ini lebih sederhana dalam perawatan, tetapi sangat berat membebani motor utama. Untuk itu diperlukan motor utama yang lebih besar daya listriknya agar mampu menaik turunkan heald frame dengan baik.

Gambar sistem positif cam
b. Negatif cam : disini heald frame dibantu oleh per penarik (top lever spring), sehingga cam tidak terlalu berat bebannya. Motor hanya bertugas menurunkan heald frame saja sehingga memerlukan daya listrik lebih kecil. Sistem ini memang lebih rumit dari positf cam, karena menggunakan wire rope (tali) yang ada umur pakainya.

  • Efek lusi adalah benang lusi pada posisi diatas, jadi yang tampak kelihatan dari atas adalah benang lusinya.
  • Efek pakan adalah benang pakan pada posisi diatas, jadi yang tampak kelihatan dari atas adalah benang pakannya.

B. Gerakan peluncuran benang Pakan (weft insertion)
Adalah gerakan peluncuran benang pakan menyisip ke dalam mulut lusi dari satu sisi ke ujung sisi yang lainnya. Disini ukuran mulut lusi harus benar-benar memudahkan penyisipan pakan, tetapi tidak terlalu lebar sehingga terlalu menarik benang lusi yang ada dan memutuskannya. Media peluncuran benang pakannya juga bermacam-macam, tetapi prinsipnya sama, yaitu membawa benang pakan menyisip melebar kearah lebar kain.

C. Gerakan pengetekan benang pakan (beating motion)
Gerakan pengetekan adalah merapatkan benang pakan yang sudah disisipkan di mulut lusi oleh media peluncur. Pengetekan dilakukan oleh sisir atau reed mesin tenun.
a. Pengetekan mulut lusi terbuka, yaitu pengetekan terjadi saat benang pakan diluncurkan dan mulut lusi masih dalam keadaan terbuka.

Gambar pengetekan mulut lusi terbuka

Keterangan gambar : 1. Kain. 2. Ujung kain 3. Benang lusi 4. Sisir 5. Benang pakan
b. Pengetekan mulut lusi tertutup, yaitu pengetekan dilakukan setelah benang pakan di dalam mulut lusi dalam keadaan tertutup. Biasanya untuk benang filament.

Gambar pengetekan mulut lusi tertutup

c. Pengetekan mulut lusi bersilang yaitu pengetekan dilakukan setelah benang pakan diluncurkan dalam mulut lusi setelah berganti dengan mulut lusi yang baru. Biasanya untuk benang-benang spun.

Gambar pengetekan lusi silang
II. Gerakan Sekunder Mesin Tenun
Gerakan sekunder adalah gerakan yang membantu gerakan primer agar proses pertenunan menjadi sempurna. Gerakan-gerakan tersebut adalah:
A. Gerakan penguluran benang lusi (let-off motion)
Gerakan penguluran benang lusi sesuai kebutuhan proses penganyaman kain sewaktu ditenun. Selain itu pula untuk mesin modern ditambahkan gerakan-gerakan tambahan (easing motion) untuk menjaga kerataan benang sebelum dianyam atau di tenun, mengurangi hentakan dari kamran ketika bergerak pada benang lusi sehingga tidak mudah putus dan gerakan ini juga membuang kotoran-kotoran yang menempel pada benang lusi.
Secara garis besar sistem penguluran lusi di mesin tenun dibagi :
a. Sistem pengereman
Peralatan bekerja hanya menahan beam lusi saja, supaya tegangan lusi selama pertenunan berlangsung baik. Sistem bekerja pasif saja. Sistem ini ada pada mesin jaman dulu.
Gambar sistem pengereman dengan pemberat
b. Sistem Regulator
i. Regulator positif : Peralatan bekerja aktif, mengulur lusi dengan panjang tetap. Peralatan ini menggunakan sistem pengaturan kecepatan input dan output dari roda gigi dan vanbelt atau rantai dengan penyetelan awal berdasarkan diameter benang lusi di beam tenun. Sistem ini juga mulai sudah ditinggalkan. Tidak praktis, akurasi kurang, dan penanganannya susah.

ii. Sistem elektronik dan tekanan angin: Mesin tenun air jet loom merek Tsudakoma tahun 1980-1990an.
Gambar sistem elektronik dan tekanan angin

A.Cylinder. B.Beam. C.Yarn. D.Loadcell. E.Guide roll. F.Compressor. G.CPU/Komputer. H.Electric pneumatic valve. I.Beam stand. J.Proximity Switch.

Keterangan
Load cell : Sensor beban, tugasnya memberi data tentang
beban / tension benang.
Proximity switch : Memberi data kecepatan putaran beam, sehingga
dapat diketahui sisa diameter benang yang masih
ada di beam.
Cylinder : Penarik bandbrake bila di isi pressure angin akan
menarik beam untuk mengerem.
Electric pneumatic valve : Valve yang dapat mengatur berapa
banyak angin yang dibutuhkan sesuai
tegangan yang diberikan.

Cara Kerjanya :
Loadcell memberikan data tension benang yang ada, dan proximity switch memberi data sisa diameter beam benang, kemudian diolah CPU, diperbandingkan dengan kebutuhan tension yang telah kita setting di CPU. Kemudian memberikan signal tegangan ke electric pneumatic valve. Buka tutupnya valve ( pressure angin masuk ) sesuai signal tegangan yang ada. Pressure angin akan menggerakkan cylinder guna menarik bandbrake.
Bila tension melebihi yang disetting di CPU, maka beam akan mengalami penguluran karena bandbrake mengendor, sebab pneumatic valve menutup pressure angin yang ke cylinder. Begitu juga sebaliknya bila tension nyata dibawah yang kita inginkan, maka bandbrake akan lebih banyak mengerem karena valve membuka angin ke cylinder.

iii. Sistem Digital Dengan AC Servo Motor mesin tenun modern : toyoda, tsudakoma, picanol dll.

Gambar Sistem Penguluran AC Servo Motor

A. Loom beam. B. Load cell. C. AC Servo motor. D. Guide roll. E. CPU. F. roda gigi beam. G. Roda gigi AC Servo motor.
Gambar sensor untuk sistem penguluran mesin tenun
Cara kerja :
Loadcell akan memberi data tension benang yang ditarik take-up ke CPU, dan CPU memberikan signal tegangan ke AC Servo Motor, kapan dia maju atau mundur memgerakkan beam tenun. Data CPU dapat kita isi sesuai keinginan kita, tergantung jenis benang, total end, atau masalah lain. Kelebihannya adalah lebih akurat tegangan yang diberikan, menghilangkan stopmark yang menyebabkan cacat kain tebal/tipis, dan mudah mengoperasikannya.

Rumus yang diberikan untuk di masukan komputer (CPU) sebagai tegangan untuk jajaran benang lusi adalah :
Tension Lusi = Kg

Gambar Sistem Digital Dengan AC Servo Motor mesin tenun
B. Gerakan penarikan dan penggulungan kain (take-up motion)
Gerakan penarikan hasil tenun dan mengulung kain yang sudah jadi kedalam rol kain. Gerakan penarikan dan penggulungan kain di rol walau satu sistem tapi dipisahkan oleh roda roda gigi. Kecepatan penarikan kain berjalan kontan atau tetap, kecepatan pengulungan kain di rol berdasarkan besar diameter kain yang sudah tergulung di rol kain. Sistem penarikan kain ada 2 macam, yaitu :
a. Positif : bekerja terus menerus walaupun tanpa pakan. Ini adalah sistem roda gigi, di sini poros utama mesin tenun member tenaga ke roll penarik kain melalui variasi roda gigi-roda gigi sehingga mengalami perlambatan kecepatan. Di variasi roda gigi tersebut juga di atur kerapatan kain per inchi ( Weft Dentsity ). Ada 2 roda gigi yang bisa diganti-ganti jumlah gigi sesuai kebutuhan konstruksi kain yang akan diproduksi.

Electronic Take Up ( ETU ) :
Sistem Digital Dengan AC Servo Motor seperti pada sistem penguluran, disini lebih mudah pengoperasikannya. Pengaturan kerapatan kain per inchi ( Weft Dentsity ) dapat langsung melalui input ke komputer, jadi lebih mudah apabila ada pergantian kontruksi kain di mesin tenun, otomatis kecepatan penarikan kain akan berubah sesuai yang diinginkan.
b. Negatif : bekerja kalau ada pakan :
Disini sistemnya bekerja diatur untuk menggerakkan penarikan kain sebanyak 1 Pick ( satu density pakan). Sistem ini dipakai dulu bekerja bersama dengan sistem penguluran dengan roda gigi regulator positif dan sudah tidak terpakai karena sistem mekanik yang kurang efektif.
Gambar gabungan sistem Penguluran dan Penarikan secara elektronik pada mesin tenun

III. Gerakan Tambahan Mesin Tenun (Auxiliary motion)
Gerakan Tambahan adalah gerakan pelengkap sesuai kebutuhan mesin tenun untuk tujuan tertentu, misalnya :
A. Gerakan putaran benang leno (leno motion)
Bertujuan untuk menjepit anyaman pinggiran kain agar kuat. Gerakan dari bagian ini membentuk anyaman polos atau 1/1 dengan menggunakan benang filament yang lentur dan kuat. Walaupun model dan cara kerjanya berbeda-beda setiap merek mesin tenun, namun prinsip dan hasilnya sama. Gerakan yang sama fungsinya adalah system Klocker, namun sudah banyak di tingggalkan karena banyak kelemahan untuk mesin tenun berkecepatan tinggi.
Gambar Leno mesin tenun Tsudakoma dan leno mesin tenun Dornier
B. Otomatis berhenti pakan putus (weft stop motion)
Gerakan menghentikan mesin ketika terjadi benang pakan putus. Dimesin tenun model lama otomatis stop menggunakan system mekanik semua. Mesin tenun modern menggunakan system elektronik, selain sangat sensitif, gampang perawatan dan mudah mengoperasikannya, namun mahal harga suku cadangnya. Sistem yang ada kadang berbeda, tergantung dari model media peluncuran benang pakan dan merek mesin tenunnya.
Sebagai contoh untuk mesin Air Jet Loom, otomatis pakan putus menggunakan 2 sensor photocell yang mampu mendeteksi benang pakan yang lewat. Sensor 1 memastikan benang sampai dipinggir dan sensor satunya memastikan panjang benang pakan yang menyisip tidak terlalu panjang dan memastikan benang tidak putus di tengah penyisipan.
Apabila pakan tidak sampai kepinggir dengan sempurna dalam satu langkah penyisipan pakan, sensor tidak membaca benang lewat, sehingga member input ke komputer untuk mematikan mesin tenun.
b. Memastikan panjang benang pakan tidak terlalu panjang dan memastikan benang tidak putus ditengah penyisipan.
Otomatis berhenti pakan putus di mesin menggunakan sensor cahaya, apabila ada benang pakan lewat didepannya, maka akan memberi masukan ke komputer. Komputer akan memproses apakah mesin berhenti atau tetap jalan. Sensor yang dipasang ada 2 (dua) buah, yaitu :
A. Sensor 1
Sensor ini diatur bekerja pada sudut interval 200°-290° dalam (1) satu gerakan pokok. Di sudut itu benang pakan akan sampai diujung kain paling jauh. Sensor akan memastikan benang pakan selalu mencapai ujung kain dan menghentikan mesin apabila tidak sampai.
B. Sensor 2
Sensor ini di diatur bekerja pada sudut interval 200°-300° dalam 1 (satu) gerakan pokok. Sensor akan memastikan benang pakan tidak melewati batas yang diinginkan dan menghentikan mesin apabila ada yang melewati sensor.
Dengan sensor cahaya ini sangat diperlukan kebersihan lensa sensor dari debu, kapas atau kotoran yang menempel. Kotoran akan member signal seolah-olah ada benang yang lewat didepan sensor.
C. Otomatis berhenti lusi putus (warp stop motion)
Gerakan menghentikan mesin ketika terjadi benang lusi putus.
a. Mekanik, sistem ini sudah tidak ada lagi untuk mesin tenun modern, selain kurang akurat juga tidak praktis.
Terdiri dari 2 buah bar bergerigi, yang satu posisi tetap, yang satu bergerak seirama dengan mesin tenun jalan, ketika benang lusi putus, dropper akan jatuh dan mengunci kedua bar, sehingga bar yang bergerak akan tertahan dan diam, karena diam maka akan menggerakkan lever dan finger akan memutuskan switch untuk mematikan mesin tenun.
b. Elektrik : Dalam satu bar terdapat 2 electroda, ketika benang lusi putus, dropper turun , kedua elektroda akan terjadi kontak listrik engan perantara dropper, yang kemudian akan mengerakkan solenoid atau relay untuk mematikan motor listrik mesin tenun.
Gambar bar dengan 2 elektroda

PENGATURAN SETIAP GERAKAN PADA MESIN TENUN

Untuk pemudahkan penyetelan mesin, semua gerakan pada mesin tenun ketika mulai pembukaan mulut lusi, penyisipan pakan dan pengetekan dianggap 1(satu) putaran (360º). Gerakan-gerakan yang lain mengikuti timing di dalam 360º tersebut. Pembukaan mulut lusi, penyisipan pakan dan pengetekan disebut Satu Gerakan Pokok mesin tenun atau Satu Gerakan Poros Utama.
Semua gerakan di mesin tenun modern diatur dan dikontrol secara elektronik oleh encoder. Encoder akan menerjemahkan 1 (satu) gerakan pokok mesin tenun (pick) dalam 360° atau 1 (satu) lingkaran. Posisi 0° adalah ketika sisir (reed) menempel diujung kain, 180° ketika buka mulut lusi maksimal membuka, dan 360° ketika akhir pengetekan dimana sisir kembali sampai menempel ujung kain. Di dalam langkah 360° tersebut, terjadi beberapa gerakan yang harus dikerjaan oleh masing-masing bagian mesin secara sinergi. Di gambar bawah, 85° – 220° adalah waktu (timing) penyisipan benang dalam 1 (satu) gerakan pokok mesin tenun.
Gambar Waktu Penyisipan atau Sudut Interval Pakan 85º-220º

PENGGERAK UTAMA
Pengerak utama mesin tenun adalah motor listrik 3 phase 380V, yang kemudian lewat pulley dan belt menggerakkan Poros Utama (PU). Dalam gerakan 1 kali putar poros utama = 1 kali gerakan pokok mesin tenun. Seperti di ingat 1 kali gerakan pokok adalah gerakan dari pembukaan mulut lusi, penyisipan pakan sampai dengan pengetekan akhir (360º).
Dari 1 kali gerakan poros utama akan menggerakkan poros lain, seperti poros tambahan untuk penggerak cam atau dobby atau yang lainnya tergantung masing-masing jenis mesin tenun.
Gambar motor mengerakkan poros utama untuk beating motion dan poros cam

Poros tambahan untuk putaran poros cam pembentuk mulut lusi dapat diatur kecepatannya dengan pemakaina roda gigi untuk merubah perbandingan kecepatan yang dihasilkan.

  • RPM Poros Utama 600rpm akan digunakan untuk anyaman polos 1/1 maka kebutuhan rpm yang terjadi adalah : Poros utama roda gigi 36T dan diteruskan dengan roda gigi 48 T, maka rpm yang dihasilkan untuk poros cam adalah : 600rpm x = 417rpm
  • RPM Poros Utama 600rpm akan digunakan untuk anyaman keper 2/1 maka kebutuhan rpm yang terjadi adalah : Poros utama roda gigi 28T dan diteruskan dengan roda gigi 56 T, maka rpm yang dihasilkan untuk poros cam adalah : 600rpm x = 325rpm.

Selain menggerakkan engkol untuk gerakan pengetekan, poros cam untuk pembuat mulut lusi, juga menggerakkan bagian lain seperti take-up, cutter penggunting pakan, leno, easing, menggerakkan pemukul pada mesin tenun shuttle dan lain-lain. Kecepatan yang diperlukan masing-masing bagian dikurangi perbandingannya tetap melalui jumlah gigi antar roda gigi.
Rpm yang dihasilkan tiap mesin tenun walaupun merek dan tipenya sama tidak akan sama output rpm yang dihasilkan. Faktor lilitan motor listrik dan daya slip di pulley sering berbeda-beda. Maka untuk mesin tenun modern hasil rpm tiap mesin tenun berbeda-beda dapat di lihat langsung di Monitor mesin.
Hasil produksi yang dihasil mesin tenun tergantung dari rpm mesin dan Density Pakan ( DP ) kain yang dihasilkan.

Rumus Produksi mesin per jam : Meter/jam
Keterangan :
Rpm : rpm dari poros utama
Eff : efisiensi nyata mesin jalan
39 : Angka ketetapan untuk menghasilkan produksi dalam meter, untuk satuan yard
memakai 36.
DP : Density pakan ( jumlah benang pakan per inch) kain yang dihasilkan.
YARN FEEDER ( ACCUMULATOR )
Alat digunakan pada semua mesin tenun modern, fungsi dari yarn feeder (accumulator) ini adalah :
1. Menjaga tegangan benang pakan agar rata ketika penyisipan ke mulut lusi, dengan tegangan yang ada benang dapat digunting untuk penyipan benang selanjutnya.
2. Mengatur panjang benang yang dibutuhkan dalam selebar kain.
3. Mengatur variasi tembakan benang warna.
Gambar yarn feeder

Pengaturan kecepatan, variasi warna dilakukan dengan cara member input ke komputer, kemudian komputer akan memberi perintah ke yarn feeder sesuai dengan yang kita inginkan. Meskipun setiap mesin tenun mempunyai yarn feeder berbeda-beda bentuk, tetapi fungsi dan kegunaannya sama saja.

MESIN TENUN TEROPONG ( SHUTTLE )
Walapun sudah banyak ditinggalkan, mesin tenun teropong masih ada yang memakainya dan kita harus juga mengetahui system kerja dari mesin tersebut. Benang pakan menyisip kedalam mulut lusi dengan cara memukul shuttle (teropong) yang dipukul ke kanan dan ke kiri bergantian sehingga membentuk anyaman atau tenunan. Sistem kerja masih sangat sederhana, kecepatan rendah, bising, dan umur pakai spare part pendek. Kelebihannya, kuat membawa benang pakan, variasi tenunan banyak dan gampang penyediaan spare partnya.

Driving
Pengerak utama adalah motor listrik 3 phase 380 V dengan rpm mesin utama maksimal 150 rpm dan penyetopan mesin menggunakan sistem spul magnet (magnet breaker). Tenaga poros utama menggerakkan pengetekan, pemukul shuttle dikanan dan kiri, memutar cam dobby sebagai pembuat mulut lusi bila pakai dobby atau pembuat mulut lusi yang lain tergantung jenis mesinnya.

Beating
Menggunakan sisir bentuk flat, gerakan pengetekan dilakukan selalu dalam posisi teropong dipinggir.

Let off
Menggunakan sistem variable speed yang diatur di awal berdasarkan diameter beam lusi yang akan jalan.

Take Up
Gerakan penarikan kain didapat dari putaran poros utama yang melewati beberapa roda gigi yang juga untuk mendapatkan density pakan yang diinginkan.

Sensor di mesin tenun teropong
1. Fast reed warp protector
Digunakan untuk memastikan bahwa shuttle berada berapa pada tempatnya, apabila shuttle tidak berada dalam jalannya, mesin otomatis akan berhenti, karena bila tidak akan merusak jajaran benang lusi yang ada. Ketika shuttle tidak berada ditempat, maka swell akan terdorong maju karena shuttle kosong. Swell maju otomatis finger maju dan menghadapkan dagger untuk menekan frog untuk mematikan mesin.
2. Loose-reed WarpProtector
Sensor ini digunakan untuk melindungi reed/sisir berbenturan dengan shuttle apabila shuttle masih berada ditengah ketika terjadi gerakan pengetekan. Disini ketika hal tersebut terjadi, finger akan menekan dagger untuk melepaskan sisir dengan membuka baulk support dan juga menekan heater untuk menghentikan mesin tenun.
3. Electromagnetic warp protector.
Memastikan shuttle pada posisi sudut penyisipan benang pakan dalam 1 kali gerakan pokok petenunan. Untuk memastikan hal tersebut di shuttle dipasang magnet yang dihubung dengan magnet yang ada diporos utama. Setiap posisi shuttle magnet bertemu dengan coil, harus dengan magnet dan coil di poros utama. Apabila tidak sama, maka mesin akan berhenti.
4. Side weft-fork motion
Memastikan bahwa benang tidak putus dipinggir kain dan mesin jalan terus, apabila tidak sempurna, yaitu benang tidak menekan weft-fork maka akan mematikan mesin melalui weft fork support. Weft-fork dibantu cam untuk tetap naik ketika benang posisi ditengah.
5. Centre weft-fork Motion
Alat ini cara kerja seperti side weft-fork motion, tetapi posisinya ditengah. Digunakan untuk memastikan benang pakan tidak putus ditengah.
6. Mechanical Weft Feeler:
Digunakan untuk mengetahui sisa benang pakan di bunch dalam teropong. Apabila benang pakan di bunch habis feeler blade akan semakin menekan mendekati trip lever untuk mengganti bunch baru berisi benang penuh.
7. Electrical Two Pronged Feeler:
Digunakan untuk mengetahui sisa benang pakan di bunch dalam teropong sistem elektrik. Apabila benang pakan di bunch habis feeler prongs akan bersinggungan, sehingga ada kontak listrik menggerakkan solenoid untuk mengganti bunch baru.
8. Electrical photocell feeler
Di bunch kosong dilapisi kertas bercahaya, ketika benang pakan dibunch mualai habis, cahaya dari kertas akan terdeteksi oleh photocell, dan photocell akan menggerakkan penggantian bunch.

AIR JET LOOM
Mesin tenun ini terus dikembangkan karena mempunyai kecepatan tinggi, mudah pengoperasiannya. Sistem peluncuran benang pakan di mesin ini menggunakan angin bertekanan (air jet) sebagai media pembawanya. Angin dari kompresor di saring kebersihannya, kemudian masuk pengatur tekanan angin (regulator), terus disalurkan melalui main nozzle bersama benang pakan, sehingga benang pakan dapat menyisip kemulut lusi dari ujung kiri ke ujung kanan kain. Angin yang ada tidak ditembakkan secara terus-menerus, tetapi diatur secara elektronik valve saat terjadi penyisipan benang pakannya.
Besar kecilnya tekanan angin diatur sesuai ketentuan agar didapat suatu keseimbangan antara benang pakan sampai keujung kain, tetapi tidak merusak atau memutuskan benang pakan tersebut. Besar kecilnya tekanan angin tergantung dari beberapa hal seperti :
• Benang pakan semakin besar, semakin tinggi kebutuhan tekanan angin.
• Kecepatan mesin (rpm) semakin tinggi, semakin tinggi kebutuhan tekanan angin.
• Kain semakin lebar, semakin tinggi kebutuhan tekanan angin.
• Semakin tinggi daya tarik mulur benang pakan, semakin tinggi pula kebutuhan tekanan anginnya.
• Pengaturan sudut pembukaan semakin pendek, tekanan angin semakin besar.
Keterangan gambar 10 :

A. Cones benang
B. Feeder drum
C. Pin feeder drum
D. Main nozzle
E. Gunting pemotong benang pakan.
F. Sub nozzle
G. Sisir
H. Solenoid valve
I. Sensor pendeteksi benang pakan sampai kepinggir kain
J. Sensor pendeteksi benang pakan terlalu panjang
K. Selang angin

Cara kerja peluncuran benang pakan :
Benang pakan masuk lubang di Feeder drum sebagai pengatur panjang benang pakan selebar kain dan penyuap ke Main nozzle. Di main nozzle benang diberi tekanan angin agar dapat terbawa dan menyisip ke mulut lusi sampai ujung kain. Bentuk sisir yang seperti selokan memanjang serta sub nozzle sebagai pembantu main nozzle, membuat benang pakan stabil ketika menyisip ke mulut lusi. Tekanan angin yang diberikan ke main nozzle dan sub nozzle diatur tekanannya sesuai kebutuhan dengan regulator angin. Dalam 1 (satu) gerakan pokok mesin tenun, di main nozzle dan sub nozzle angin membuka dan menutup bergantian diatur komputer melalui solenoid valve.
Untuk panjang benang yang dibutuhkan dalam selebar kain diatur oleh feeder drum. 1 (satu) lebar kain sama dengan 3 (tiga) putaran di feeder drum. Setelah 3 (tiga) putaran, pin feeder drum akan membuka melepas benang pakan tersebut. Selain itu pula feeder drum berfungsi sebagai pengatur tegangan benang sebelum disisipkan ke mulut lusi. Rumus mencari diameter feeder drum untuk panjang benang pakan selebar kain adalah :
Diameter feeder drum = x 1,03 mm
Pengaturan pengaktifan pembukaan tekanan angin pada peluncuran pakan dalam 1 (satu) gerakan pokok mesin tenun diatur :
1. Pin feeder drum : 80°-200°
2. Main nozzle : 90°-190°
3. Grup sub nozzle I : 110°-190°
4. Grup sub nozzle II : 140°-220°
5. Grup sub nozzle III : 170°-240°
6. Grup sub nozzle IV : 170°-240°

Standar tersebut sudah bisa menjalankankan mesin, namun setelah melihat jenis kain, cacat pakan, penghematan energi dan lain-lain, penyetelan dapat diberi variasi (timing variation).
Benang pakan dipastikan sampai keujung kain oleh sensor pendeteksi pertama, jadi apabila benang tidak sampai, maka mesin akan otomatis berhenti. Benang apabila terlalu panjang melebihi yang ditentukan, akan terdeteksi oleh sensor kedua, dan mesin akan otomatis berhenti pula. Sensor yang ada sangat sensitif dan bekerja pada sudut 200°-300° dalam 1 (satu) gerakan pokok mesin tenun.
Otomatis Berhenti Pakan Putus (weft stop motion)
Otomatis berhenti pakan putus di mesin menggunakan sensor cahaya, apabila ada benang pakan lewat didepannya, maka akan memberi masukan ke komputer. Komputer akan memproses apakah mesin berhenti atau tetap jalan. Sensor yang dipasang ada 2 (dua) buah, yaitu :
A. Sensor feeler H1
Sensor ini diatur bekerja pada sudut interval 200°-290° dalam (1) satu gerakan pokok. Di sudut itu benang pakan akan sampai diujung kain paling jauh. Sensor akan memastikan benang pakan selalu mencapai ujung kain dan menghentikan mesin apabila tidak sampai.
B. Sensor feeler H2
Sensor ini di diatur bekerja pada sudut interval 200°-300° dalam 1 (satu) gerakan pokok. Sensor akan memastikan benang pakan tidak melewati batas yang diinginkan dan menghentikan mesin apabila ada yang melewati sensor.

Otomatis Berhenti Lusi Putus (warp stop motion)
Otomatis stop lusi putus pada mesin menggunakan dropper dan batang tembaga. Tiap benang lusi dimasukan dalam lubang dropper, dan apabila ada benang lusi putus, maka dropper jatuh dan menyentuh batang tembaga. Dengan sentuhan itu akan memberi masukan ke komputer untuk menghentikan mesin tenun.

WATER JET LOOM
Mesin tenun ini digunakan untuk benang-benang filament, karena benang filament mempunyai stretch yang tinggi, walaupun di paksakan di air jet bisa di jalankan, tetapi akan merusak peralatan yang ada karena bersifat sangat tajam dan menggores. Dengan water jet akan mampu mengantar benang dengan sempurna, karena tekanan air lebih kuat dari tekanan udara.

Gambar sistem kerja Water Jer Loom
Cara kerjanya, air dipompa dan di atur tekanannya dengan regulator untuk ditembakkan melalui nozzle untuk membawa benang pakan. Solenoid valve akan membuka tembakan air sesuai sudut interval penyisipan benang pakan mesin air jet loom. Sedangkan di water jet loom tidak memakai sub noozle karena tekanan air yang ditembakan sudah cukup kuat membawa benang pakan.
Sisir yang dipakai adalah flat reed seperti mesin teropong, tidak seperti air jet loom yang berbentuk profile.
Otomatis Berhenti Pakan Putus (weft stop motion)
Hampi sama dengan air jet loom.
Otomatis Berhenti Lusi Putus (warp stop motion)
Water jet loom tidak memakai otomatis stop (dropper), karena benang filament sangat kuat sehingga jarang sekali putus.
Shedding Motion
Tergantung kebutuhan, biasanya positif cam atau dobby

RAPIER LOOM
Rapier loom banyak digunakan sampai saat ini, mesin ini sangat cocok untuk menyisipkan benang-benang yang berat. Rapier loom ada 2 macam :
1. Sistem tongkat
Disini menggunakan benang pakan dibawa ujung tongkat dan diberikan atau disampaikan ke tongkat kedua kemudian setelah sampai di ujung, benang pakan akan dilepaskan dari tongkat kemudian baru mengalami pengetekan.
Gambar rapier insertion system
2. Sistem rapier flexible
Disini sama saja, hanya tongkat diganti sabuk atau rantai yang flexsible sehingga mesin tenun tidak terlalu lebar seperti rapier tongkat yang membutuhkan tempat yang lebar dan tidak nyaman untuk produksi kain tenun yang lebar.
Untuk sistem seperti take up, let off dan lainnya sama dengan yang lain, sedangkan sistem otomatis pakan putus mirip dengan mesin shuttle.

PROJECTILE LOOM
Cara kerja mesin ini dengan cara menjepitkan benang pakan ke projectile dan ditembakkan ke ujung kain kemudian penjepit dilepaskan, benang mengalami pengetekan dan projectile kembali melalui jalan bawah untuk di pakai lagi.
Kelebihannya sangat cocok untuk benang-benang berat dan memproduksi kain yang lebar.

Gambar cara kerja projectile loom

Untuk sistem seperti take up, let off dan lainnya sama dengan yang lain, sedangkan sistem otomatis pakan putus mirip dengan mesin shuttle.

JACQUARD SYSTEM
Jacquard adalah sistem pembuat mulut lusi yang paling banyak variasi anyamannya. Hal tersebut karena lusi naik-turun bergerak secara individu, sehingga tidak banyak pengulangan seperti sistem dobby apalagi cam.
Variasi dobby maksimal rata-rata 18 heald frame, sedangkan jacquard bisa 300 lebih baru pengulangan.
Kelebihan jacquard :
1. Masing-masing lusi dapat naik turun secara independent, sehinga bisa mwndapatkan corak anyaman yang lebih rumit (rapor panjang dan tidak bisa dikerjakan dobby)
2. Dapat digunakan untuk macam-macam tenunan selain tenun biasa seperti handuk, taplak, korden dll
3. Tipe benang, anyaman, warna mudah di variasi dan dikombinasikan di mesin, terutama yang sistem computer
4. Tension lusi lebih merata daripada dengan dobby, karena tebal heald framenya sama.

Klasifikasi mesin jacquard :
1. Inggris pitch : rentang ukura 100 s/d 600 needles
2. Ordinary jacquard : single lift, centre shed jacquard, double lift
3. Prancis pitch : vicenzi, verdol : cocok untuk sutra
Prinsip gerakan jacquard :
Gerakan dari mesin digunakan menggerakkan lever naik-turun dengan fulcrum. Ketika turun hook akan bebas, apabila needle ujungnya masuk lubang kartu, maka hook akan terbawa maju karena terkait lubang needle, sehingga ketika lever naik kembali, ujung hook akan mengait grief dan hook akan terbawa naik. Hook naik otomatis harness naik untuk menaikkan benang lusi juga. Bila tidak masuk lubang kartu, needle tidak terdorong, sehingga harness bebas dan tidak mengangkat lusi.
Mesin jacquard modern menggunakan solenoid magnet sebagai penarik needle, sehingga kecepatan, pengaturan design lebih mudah lagi. Tidak perlu membuat lubang-lubang kartu, cukup membuat design dikomputer dan memasukkan data mesin, kemudian mesin jacquard bekerja sesuai instruksi yang diperintahkan.
Hasil design juga bisa langsung dicoba dan dilihat dimesin tenun, karena tidak membutuhkan waktu yang lama.

Posted 9 November 2011 by mY HoME in DUNIA TEKSTIL TRADISIONAL